Beginilah Aturan Islam dalam Perang dan
Memperlakukan Tawanan
Salah besar bila menganggap
Islam sebagai agama yang tidak menghargai hukum. Faktanya, Islam tidak pernah
menyetujui praktek-praktek yang melanggar hukum.
terhadap tawanan perang. Islam merupakan agama yang menghindari praktek kekerasan terhadap tawanan perang. Contoh lainnya, Islam menekankan sikap sopan santun dalam pertemuan. Ajaran itu tertuang dalam Alquran, surat Al-Insan ayat 8.
www.islamedia.com
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” (QS. Al-Insan: 8)
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.” (QS. Al-Insan: 8)
Dan berikut ini sejumlah hadist yang meriwayatkan ajaran agar mendorong umat Islam tidak membunuh orang lain.
“Dilarang membunuh anak, perempuan, orang tua dan orang yang
sedang sakit.” (Imam Abu Dawud).
“Dilarang melakukan pengkhianatan atau mutilasi. Jangan mencabut
atau membakar telapak tangan atau menebang pohon-pohon berbuah. Jangan
menyembelih domba, sapi atau unta, kecuali untuk makanan.”(Al-Muwatta).
“Dilarang membunuh para biarawan di biara-biara, dan tidak membunuh
mereka yang tengah beribadah.” (Musnad Ahmad Ibn Hanbal)
“Dilarang menghancurkan desa dan kota, tidak merusak ladang dan
kebun, dan tidak menyembelih sapi.” (Sahih Bukhari, Sunan Abu Dawud)
Nabi Muhammad SAW juga
telah mengeluarkan instruksi yang jelas untuk memberikan perawatan terhadap
tawanan perang. Sejarah mencatat bagaimana umat Islam saat itu menangani
tawanan pertama selepas Perang Badar pada 624 Masehi. Sebanyak 70 orang tawanan
Makkah yang ditangkap dalam perang itu dibebaskan dengan atau tanpa tebusan.
“Pagi dan Malam mereka memberikanku roti. Kalau ada seorang Muslim
yang memiliki sepotong roti ia akan berbagi denganku,” tulis Ibnu Ishaq, seorang penulis biografi awal Nabi Muhammad
SAW, saat mengutip seorang tawanan perang.
Nabi Muhammad SAW juga
memberikan perintah untuk tidak memaksa tawanan perang berpindah agama. Itu
sebabnya, Nabi membiarkan penyembah berhala Thamamah Al-Hanafi yang tertangkap
dalam pertempuran untuk tidak berpindah agama. Nabi lebih memilih meminta para
sahabat untuk berdialog bersama Al-Hanafi saat penyembah berhala itu merasa
terjamin keselamatannya.
Dalam pertempuran Badar,
Nabi Muhammad SAW juga tidak membiarkan para tawanan berpakaian lusuh. Nabi
memerintahkan para sahabat untuk memberikan pakaian yang layak.
“Setelah Perang Badar, para tawanan perang dibawa, di antara
mereka adalah Al-Abbas bin Abdul Muthalib. Dia tidak punya baju, jadi Nabi
mencari kemeja untuknya. Ternyata kemeja Abdullah bin Ubayy memiliki ukuran
yang sama. Selanjutnya, Nabi (saw) memberikannya kepada Al-Abbas untuk
dipakai,” (HR Bukhari).
Untuk penjahat perang,
Islam punya penilaian sendiri. Penjahat perang tidak dapat dibunuh tanpa alasan
yang sah. Islam mengatur dengan ketat persoalan ini.
Jangankan pada saat
berperang, pada saat Rasulullah menyiarkan agama Islam pun, beliau sangat
tawakal, sabar dan ikhlas. Contohnya disaat beliau dilempari kotoran manusia,
beliau tak marah.
Disaat beliau dilempari
batu hingga gigi beliau tanggal, beliau pun juga tak marah. Bahkan dikala itu
malaikat Jibril langsung turun dan menanyakan kepada Rasulullah, apakah perlu
manusia-manusia itu (yang menimpuki Nabi) ditindih oleh gunung (yang ada
disekitar itu) olehku (malaikat Jibril).
Namun, Rasulullah tak
mengijinkannya, bahkan beliau berkata kepada Jibril, “Jangan…, mereka tak tau
apa-apa…”. Bisa dibayangkan betapa menderitanya Rasul ditimpuki, sehingga
sekelas malaikat yang tak memiliki nafsu pun, sepertinya tak rela oleh keadaaan
sang Khilafah hebat sepanjang masa itu. Dan kisah itu baru hanya beberapa
contoh saja tentang sifat seorang Khilafah sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar